TUGAS AKHIR
MEDIA PEMBELAJARAN
RANCANGAN
MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN VIDEO DENGAN METODE ASSURE
Dosen Pembina :
Dr.
Indrati Kusumaningrum, M.Pd
(Salah Satu Tugas Akhir Pada Mata Kuliah Media Pembelajaran)
Oleh:
Ratna Sari
1103989
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Teori Belajar
Belajar
adalah perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu,sehingga banyak hal
yang bisa dilakukan untuk mencapi tujuan yang diinginkan. Pada mas sekarang ini
banyak teori yang bisa mendukung pembelajaran. Salaha satunya toei yang
dikemukakan oleh Asubel.
Belajar
menurut Ausubel dapat diklasifikasikan menjadi 2 dimensi. Dimensi pertama
berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan kepada
siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana
siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada.
Struktur kognitif ialah fakta, konsep dan generalisasi yang telah dipelajari
dan diingat oleh siswa.
Teori
Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannnya informasi baru pada konsep-konsep yang
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Prasyarat belajar bermakna adalah sebagai
berikut:
1.
Materi yang dipelajari harus
bermakna secara potensial
2.
Anak yang akan belajar atau siswa
harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan
dan mempunyai niat untuk belajar bermakna. Tujuan siswa merupakan faktor utama
dalam belajar bermakna. Banyak siswa mengikuti pelajaran-pelajaran yang
kelihatannya tidakrelevan dengan kebutuhan mereka saat itu.
Untuk
menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, sebaiknya kita perhatikan yang dikemukakan
oleh Ausubel dalam bukunya yang berjudul Educational
Psychology: A cognitive View, pernyataan itu berbunyi:
“The
most important single factor influencing learning is what the learner alrady
knows. Ascertain this and teach him accordingly.” (Ausubel, 1968)
Atau yang berarti sebagai berikut:
“faktor
terpenting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa.
Yakinilah hal ini dan ajarlah ia
demikian.”
Pernyataan
Ausubel inilah yang menjadi inti teori belajarnya. Jadi agar terjadi teori bermakna,
konsep baru atau infrmasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah
ada dalam struktur kognitif siswa.
B. Media Pembelajaran
Dalam
pembelajaran kita tidak pernah terlepas dari kata media.media dalam bentuk
jamak adalah perantara (medium). Berasal dari bahas latin medium (“antara”),
istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa informasi antara sebuah sumber
dan sebuah penerima. Enam kategori dasr media adalah:
1.
Teks
2.
Audio
3.
Visual
4.
Video
5.
Perekayasa
(manipulative)/benda-benda
6.
Orang-orang
Tujuan dari media adalah untuk memudahkan komunikasi
dan belajar. Ketika memilih format media, situasi atau keadaan pengajaran
(misalnya kelompok besar, kelompok kecil atau pengajaran sendiri), variabel
pemelajar (misalnya, pembaca, bukan pembaca, atau lebih suka mendengar), dan
sifat tujuan (misalnya, kognitif, afektif, kemampuan motorik, atau
antarpersonal) harus diperhatikan. Juga perlu diperhatikan kemampuan menyajikan
dari tiap-tiap format media (misalnya, visual diam, visual bergerak, kata-kata
bercetak, atau kata-kata yang disuarakan).
Kata
media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau
pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan
tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2)
“media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran
informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah
“media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh
Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu “media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga terjadi proses belajar”.
C.
MEDIA
PEMBELAJARAN
1. Jenis
– jenis Media pembelajaran
Banyak
sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi
dan pesan-pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan
sesuai dengan karakteristik dan sifat-sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang
baku dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau
membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan
menilai media tersebut.
Penggolongan
media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16)
yaitu :
1. Gambar
diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip, atau
overhead proyektor.
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik
yang bersuara maupun yang tidak bersuara.
3. Rekaman
bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4. Televisi
5. Benda
– benda hidup, simulasi maupun model.
6. Instruksional
berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).
Penggolongan
media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai
berikut :
1. Dilihat
dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media Visual dan
media Audio Visual.
2. Dilihat
dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya liput luas
dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang dan tempat dan
media pengajaran individual.
3. Dilihat
dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media sederhana (murah
dan mudah memperolehnya) dan media komplek.
4. Dilihat
dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua dimensi),
media tiga dimensi, dan media elektronik.
2. Manfaat
media pembelajaran
Media
pembelajaran sebagai
alat bantu dalam
proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita
pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan
tugasnya dalam menyampaikan pesan – pesan atau materi pembelajaran kepada
siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran sukar
untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit
dan komplek.
Setiap
materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi
ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi dilain
sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi
pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh
siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang
disampaikan.
Secara
umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245) adalah : (a)
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata –
katanya, tetapi tidak tahu maksudnya), (b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu
dan daya indera, (c) Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan
bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa, (d) Dapat menimbulkan persepsi yang
sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya
menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : (a) Membuat konkrit konsep
yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran darah, (b) Membawa obyek
yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar, (c) Manampilkan
obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi, (d) Menampilkan obyek yang
tidak dapat diamati dengan mata telanjang, (e) Memperlihatkan gerakan yang
terlalu cepat, (f) Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan
lingkungannya, (g) Membangkitkan motivasi belajar, (h) Memberi kesan perhatian
individu untuk seluruh anggota kelompok belajar, (i) Menyajikan informasi
belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan,
(j) Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang),
(k) Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
3. Prinsip
– prinsip memilih media pembelajaran
Setiap
media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing, maka dari itulah guru
diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan
pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan
mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.
Ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran,
yaitu :
a. Harus
adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran. Apakah
pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum,
ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi, apakah
untuk pembelajaran kelompok atau individu, apakah sasarannya siswa TK, SD,
SLTP, SMU, atau siswa pada Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan
ataukah masyarakat perkotaan. Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut
perbedaan warna, gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau
pembelajaran pembedahan (kedokteran).
b. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media
pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya,
cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media
pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya
pemilihan media pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru
untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi.
c. Alternatif
Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau
dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media pembelajaran
mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.
Selain
yang telah penulis sampaikan di atas, prinsip pemilihan media pembelajaran
menurut Harjanto (1997 : 238) yaitu: Tujuan, Keterpaduan (validitas), keadaan
peserta didik, ketersediaan mutu teknis, dan biaya. Selanjutnya yang perlu kita
ingat bersama bahwa tidak ada satu mediapun yang sifatnya bisa menjelaskan
semua permasalahan atau materi pembelajaran secara tuntas.
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN ASSURE
A.
Model
Assure
ASSURE model merupakan suatu rujukan
bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang
direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi
dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi
peserta didik (Smaldino,dkk.,2008:87). Pembelajaran dengan menggunakan ASSURE
Model mempunyai beberapa tahapan yang dapat membantu terwujudnya pembelajaran
yang efektif dan bermakan bagi peserta didik. Tahapan tersebut menurut Smaldino
merupakan penjabaran dari ASSURE Model, adalah sebagai berikut :
1. Analyze Learner (Analisis Pembelajar)
Tahapan pertama dalam merencanakan
pembelajaran yang mempu membentuk pengalaman siswa adalah mengidentifikasi dan
menganalisis karakteristik pembelajar yang menunjukkan relasi dengan outcome
dalam pembelajaran. Tujuan utama dalam menganalisa termasuk pendidik dapat
menemui kebutuhan belajar siswa yang urgen sehingga mereka mampu mendapatkan
tingkatan pengetahuan dalam pembelajaran secara maksimal. Analisis pembelajar
meliputi tiga faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi :
a. General Characteristics (Karakteristik umum)
Karakteristik umum siswa dapat ditemukan melalui variable
yang konstan, seperti, jenis kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan
faktor sosial ekonomi serta etnik. Etnik disini termasuk dalam faktor samping
dalam karakteristik umum atau dapat disebut karakteristik khusus pembelajar,
seperti tingkah laku dan ketertarikan terhadap suatu pembelajaran. Perbedaan
umur pada peserta didik dapat menjadi acuan dalam merancang pembelajaran yang
memperhatikan kemampuan setiap individu selama proses pembelajaran. Begitu pula
jika menemui perbedaan budaya asal pembelajar dapat menjadi patokan dalam
merumuskan strategi dan media yang tepat dalam menyampaikan bahan pelajaran.
b. Specific Entry Competencies ( mendiagnosis kemampuan awal
pembelajar)
Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal
siswa merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh dalam bagaimana dan apa
yang dapat mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi
siswa (smaldino dari Dick,carey&carey,2001). Mendiagnosis kemampuan awal
yang dimiliki peserta didik dapat memudahkan dalam merancang suatu pembelajaran
agar penyamapain materi pelajaran dapat diserap denagn optimal oleh peserta
didik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
c. Learning Style (Gaya Belajar)
Gaya belajar yang dimiliki setiap pembelajar berbeda-beda
dan mengantarkan peserta didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya
interaksi dengan dan merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran.
Terdapat tiga macam gaya belajar
yang dimiliki peserta didik, yaitu: 1) Gaya belajar visual (melihat) yaitu
dengan lebih banyak melihat seperti membaca, 2) Gaya belajar audio
(mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh peserta didik jika
pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius, 3) Gaya belajar kinestetik
(melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika
dia sudah mempraktekkan sendiri.
2. State Standards and Objectives (Menentukan standard dan tujuan)
Tahap selanjutnya dalam ASSURE model
adalah merumuskan tujuan dan standar. Dengan demikian diharapkan peserta didik
dapat memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran.
Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari
strategi, media dan pemilihan media yang tepat.
a. Pentingnya Merumuskan Tujuan dan
Standar dalam Pembelajaran
Dengan merumuskan standar dan tujuan pembelajaran dapat
mendapatkan penilaian yang akurat dari pembelajaran siswa. Dasar dalam
penilaian pembelajaran ini menujukkan pengetahuan dan kompetensi seperti apa
yang nantinya akan dikuasai oleh peserta didik. Selain itu juga menjadi dasar
dalam pembelajaran siswa yang lebih bermakna. Sehingga sebelumnya peserta didik
dapat mempersiapkan diri dalam partisipasi dan keaktifannya dalam
pembelajaran.
b. Tujuan Pembelajaran yang Berbasis ABCD
Menurut Smaldino,dkk.,setiap rumusan tujuan pembelajaran ini
haruslah lengkap. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam
menentukan model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen
dalam KBM. Rumusan klasik tujuan pembelajaran yang sejak dahulu sudah
diterapkan adalah singkatan ABCD. Rumusan baku ABCD tadi dijabarkan sebagai
berikut:
A = audience
Pebelajar atau peserta didik dengan segala
karakterisktiknya. Siapa pun peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang
belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.
B = behavior
Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran.
Perlaku belajar mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja.
Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati,
misalnnya menjelaskan, menyusun, menarikan, menggunakan, dan seterusnya; dan
dirumuskan secara utuh.
C = conditions
Situasi kondisi atau lingkungan yang
memungkinkan bagi pebelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan
metode serta sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi
ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi pembelajaran tertentu yang
diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.
D
= degree
Persyaratan khusus atau kriteria
yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan
pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam
presentase benar (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar, waktu yang
harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur pencapaian
kompetensi.
ABCD Objective Checklist
Siswa dapat mencapai suatu kompetensi tertentu dari suatu
mata pelajaran berarti dia sudah mencapai degree dari tujuan
pembelajaran, walaupun setiap siswa mencapainya dengan format yang berbeda. Objective
checklist disini adalah berupa suatu angket tujuan pembelajaran yang
mengandung ABCD beserta komponen-komponennya. Angket ABCD ini dapat diisi oleh
guru/pendidik untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran telah dibawa dan
membawa pengaruh seperti apa kepada siswanya/pembelajar.Apabila nantinya
checklist tersebut belum mengekomunikasikan akurasi dari pengetahuan dan
kemampuan yang seharusnya dimiliki siswa, sebaiknya pemebalajaran perlu
diperbaharui.
c. Tujuan Pembelajaran dan Perbedaan
Individu
Berkaitan dengan kemampuan individu
dalam menuntaskan atau memahami sebuah materi yang diberikan. Individu yang
tidak memiliki kesulitan belajar dengan yang memiliki kesulitan belajar pasti
memiliki waktu ketuntasan terhadap materi yang berbeda. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka timbullah mastery learning (kecepatan dalam menuntaskan
materi tergantung dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu.
3. Select Strategies, Technology,
Media, and Materials (Memilih, Strategi, Teknologi, Media dan Bahan ajar)
Langkah selanjutnya dalam membuat
pembelajaran yang efektif adalah mendukung pembelajaran dengan menggunakan
teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi dan media
dan bahan ajar.
a. Memilih Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajarn
disesuaikan dengan standard dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga
memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung
pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat mengandung ARCS model(Smaldino dari
Keller,1987). ARCS model dapat membantu strategi mana yang dapat membangun Attention
(perhatian) siswa, pembelajaran berhubungan yang Relevant dengan
keutuhan dan tujuan, Convident , desain pembelajaran dapat membantu
pemaknaan pengetahuan oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar
siswa.
Strategi pembelajaran dapat terlebih
dahulu menentukan metode yang tepat. Saat ini, beberapa metode belajar yang
dianggap inovatif terhadap perkembangan kemampuan kognitif dan kemandirian
pebelajar. Beberapa metode yang dianjurkan untuk digunakan ialah (Dewi Salma
Prawiradilaga, 2007):
1)
Belajar Berbasis Masalah (problem-based
learning)
Metode ini mendorong pebelajar untuk
memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Metode belajar berbasis masalah
melatih ketajaman pola pikir meta kognitif, yakni kemampuan stratregis dalam
memecahkan masalah.
2)
Belajar Proyek (project-based
learning)
Belajar proyek adalah metode yang
melatih kemampuan pebelajar untuk melaksanakan suatu kegiatan di lapangan.
Proyek yang dikembangkan dapat pekerjaan atau kegiatan sebenarnya atau berupa
simulasi kegiatan.
3)
Belajar Kolaboratif
Metode belajar kolaboratif
ditekankan agar pebelajar mampu berlatih menjadi pimpinan dan membina
koordinasi antar teman sekelasnya. Tim yang berprestasi tinggi adalah tim yang
mendapat dukungan dan upaya bersama dari anggotanya.
b. Memilih Teknologi dan Media yang
sesuai denagn Bahan ajar
Memilih format media dan sumber
belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan atau topik.
Peran media pembelajaran menurut
Smaldino dalam Prawiradilaga, diantaranya:
1)
Diatur Pengajar
(instructor-directed)
Media pembelajaran yang difungsikan
oleh pengajar dan menjadi bagian dari penyajian materi yang disajikan oleh
pengajar tersebut.
2)
Diatur Peserta Didik
(learner-directed)
Media pembelajaran yang difungsikan
oleh peserta didik itu sendiri karena ia merasa bahwa ia ingin terlibat
langsung dalam kegiatan belajarnya. Sarana laboraturium, modul, CAI adalah
media pembelajaran yang memang khusus pemanfaatannya diatur oleh peserta didik.
3)
Belajar Jarak Jauh (distance
education)
Belajar jarak jauh memerlukan sarana
telekomunikasi yang memadai, baik untuk interaksi yang bersifat sinkron atau
asinkron.
4. Utilize Technology, Media
and Materials (Memanfaatkan Teknologi, media dan Bahan ajar)
Langkah selanjutnya dalam ASSURE
model adalah memanfaatkan teknologi,media dan bahan ajar. Sebelum memanfaatkan
media dan bahan yang ada, sebaiknya mengikuti langkah-langkah seperti
dibawah ini,yaitu:
a). mengecek bahan (masih layak pakai
atau tidak)
b). mempersiapkan bahan
c). mempersiapkan lingkungan belajar
d). mempersiapkan pembelajar
5. Require Learner Parcipation (Menegmbangkan Peran Serta Peserta
Didik)
Dalam mengaktifkan pembelajar di
dalam proses pembelajaran sebaiknya memperhatikan keadaan psikologisnya. Gambaran
psikologis dari siswa adalah sbb:
a. behavioris, karena
tanggapan/respon yang sesuai dari pengajar dapat menguatkan stimulus yang
ditampakkan pembelajar.
b. kognitifis,
karena informasi yang diterima pembelajar dapat memperkaya skema mentalnya.
c. konstruktivis,
karena pengetahuan yang diterima pembelajar akan lebih berarti dan bertahan
lama di kepala jika mereka mengalami langsung setiap aktivitas dalam proses
pembelajaran.
d.
sosial, karena feedback
atau tanggapan yang diberikan pengajar atau teman dalam proses pembelajaran
dapat dijadikan sebagai ajang untuk mengoreksi segala informasi yang telah
diterima dan juga sebagai support secara emosional.
6. Evaluate and Revise (Mengevaluasi dan Memperbaiki)
Tahapan terakhir dalam ASSURE model
untuk pembelajaran yang efektif adalah menilai dan memperbaiki. Penilaian dan
perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk mengembangkan kualitas
pembelajaran. Penilaian dan perbaikan dapat berdasarkan dua tahapan yaitu;
a). Penilaian Hasil Belajar Siswa,
penilaian ini mencakup hasil belajar siswa yang otentik, hasil belajar
portofolio dan hasil belajar yang tradisional / elektronik.
b). Menilai dan Memperbaiki
Strategi, teknologi dan Media
B. Manfaat ASSURE model dalam Pembelajaran
Model
ASSURE dicetuskan oleh Heinich, dkk. Sejak tahun 1980-an, dan terus
dikembangkan oleh Smaldino, dkk. Hingga sekarang (Dewi Salma Prawiradilaga,
2007). Satu hal yang perlu dicermati dari model ASSURE ini, walaupun berorientasi
pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), model ini tidak menyebutkan strategi
pembelajaran secara eksplisit. Strategi pembelajaran dikembangkan melalui
pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta peserta
didik di kelas.
Manfaat dari model ASSURE, yaitu
(Dewi Salma Prawiradilaga, 2007) :
1. Sederhana, relatif mudah untuk
diterapkan.
2. Karena sederhana, maka dapat
dikembangkan sendiri oleh pengajar.
3. Komponen KBM (Kegiatan Belajar
Mengajar) lengkap.
4. Peserta didik dapat dilibatkan dalam
persiapan untuk KBM.
BAB III
RANCANGAN
MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL ASSURE
A.
Rancangan
media dalam pembelajaran Kewarganegaraan
Seperti
telah dikemukakan sebelumnya bahwa media adalah pengantar dalam pembelajaran. Dengan
adanya media akan membantu kegiatan pembelajaran. Seiring dengan yang telah
dikemukakan Smaldino, bahwa media bertujuan untuk memudahkan komunikasi dan
belajar.
Kewarganegaraan
adalah salah satu mata pelajaran wajib bagi setiap siswa di sekolah. Salah satu
kompetensi yang diharapkan adalah bahwa kewarganegaraan bertujuan menanamkan
cinta tanah air. Makanya untuk menciptakan belajar bermakna bagi siswa, maka
pembelajaran harus didukung dengan media yang menunjang pembelajaran.
Media yang
tepat pada pembelajaran Kewarganegaraan sesuai degan topik pesrsengketaan
internasioanl adalah media video. Video digunakan pada topik ini karena
pemelajar bisa menyaksikan secara langsung apa yang dimaksud sengketa
internasional sehingga akan lebih mudah paham dengan materi yang diberikan.
Video adalah
salah satu bentuk media yang bisa menunjang pembelajaran. Sesuai dengan tahap
dalam Assure maka penggunaan media video adalah sebagai berikut:
1. Analisis
pemelajar
Karakteristik
dari pemelajar Kewarganegaraan ini adaah bahwa mereka sebelumnya sudah
mengetahui materi yang akan dipelajari. Dengan menganalisis pemelajar, maka
kita akan mengetahui apa kebutuhan untuk kegiatan pembelajaran.
2. Menentukan
standar dan tujuan
Sebelum
kegiatan pembelajaran, maka kita harus menetukan standar dan tujuan mata
pelajaran ini. Kewarganegaraan ini mempunyai stndar bahwa setiapsiswa memahami
konsep tentang kewarganegaraan, sehinggan timbul rasa cinta terhadap negara.
Sedangkan tujuan akhir dari siswa bisa mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memilih
strategi, teknologi, media dan materi
Banyak
teknologi dan media yang bisa digunakan untukkegiatan pembelajaran
Kewarganegaraan, salah satunya media video, dengan media video pemelajar mampu
melihat secara langsung kondisi negara Indonesia pada khususnya dan dunia pada
umumnya.
4.
Mengharuskan partisipasi pebelajar
Dengan
kegiatan pembelajaran yang dibantu oleh teknologi dan media menuntut pemelajar
ikut berpartisipasiaktif dalam kegiatan oembelajaran, sehingga mereka bisa
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Mengevaluasi dan merevisi
Evaluasi
adalah suatu hal yang harus dilakukan. Baik kita sebagai guru yang merancang
pembelajaran atau evaluasi untuk pemelajar itu sendiri, dalam rangka melihat
ketercapaian pemelajar dalam kegiatan pembelajaran.
B.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran dengan media yang telah dirancang
I. IDENTITAS
Nama Sekolah : MA
Perguruan Islam Ar Risalah
Mata Pelajaran : PKn
Materi Pokok : Peran Mahkamah Internasional dalam
Menyelesaikan
Sengketa
Internasional
Kelas/Program : XI/2
Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit
II. STANDAR
KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR
1. Standar Kompetensi
5. Menganalisis sistem hukum dan
peradilan internasional
2. Kompetensi Dasar
5.2.
Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian
oleh Mahkamah Internasional
III. INDIKATOR
PENCAPAIAN KOMPETENSI
No
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
|
1
|
Mengidentifikasi
penyebab timbulnya sengketa internasional
|
Religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab
Mandiri
|
2
|
Menguraikan
cara penyelesaian sengketa internasional oleh Mahkamah internasional
|
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN :
Tujuan pokok pembelajaran
adalah agar siswa mampu dan dapat :
· Mengidentifikasi
penyebab timbulnya sengketa internasional
· Menguraikan
cara penyelesaian sengketa internasional oleh Mahkamah internasional
V. STRATEGI
PEMBELAJARAN
No.
|
Kegiatan
Belajar
|
Waktu
(Menit)
|
Aspek
lifeskill yang dikembangkan
|
Nilai
Budaya Dan Karakter Bangsa
|
1.
|
Pendahuluan
-
Memberikan salam siswa
-
Mengabsen dan
mengetahui kondisi siswa
|
15’
|
-
Disiplin
-
Kerjasama
-
Keterampilan
|
Religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab
Mandiri
|
2.
|
Kegiatan
Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
F
Menguraikan tujuan dan nilai konstitusi.
F menjelaskan
pengertian dasar negara dan
konstitusi negara.
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
F Dipertontoknan
video singkat tentang beberapa contoh sengketa internasional
F Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil @ 4 orang,
dinamakan kelompok kooperatif.
F Guru menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan
masing-masing anggota kelompok kooperatif, yang terdiri atas :
Peran Mahkamah Internasional
dalam Menyelesaikan Sengketa
Jika jumlah siswa 40 orang, berarti terdapat 10 kelompok. Jadi
terdapat kelompok yang membahas materi sama.
F Setelah
selesai melakukan diskusi dalam kelompok kecil, setiap anggota kelompok
mengambil undian tugas secara indivual yang telah disediakan oleh guru.
Undian berisi materi-materi yang telah didiskusikan.
F Siswa
diminta menemui teman lain yang mempunyai tugas sama untuk membentuk kelompok
baru dan mengerjakan tugas yang ia terima. Anggota kelompok baru tersebut
kemungkinan besar terdiri atas siswa yang dalam kelompok kecil membahas
materi berbeda. Jadi anggota kelompok baru jumlahnya lebih banyak dan berisi
siswa dari kelompok yang membahas materi berbeda dan dinamakan kelompok ahli.
F Setiap anggota kelompok baru bertindak sebagai ahli
yang harus mencatat, ikut serta secara aktif memberikan informasi dan berdiskusi.
F Kelompok ahli kembali berkumpul ke kelompok kooperatif
semula, bertugas memberikan informasi dari hasil diskusi kelompok ahli.
F Meminta perwakilan kelompok kooperatif untuk
mempresentasikan hasil diskusi secara menyeluruh dalam diskusi kelas dan mengambil kesimpulan.
F Guru memfasilitasi jika terdapat siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan dan
memberikan klarifikasi jika terjadi kesalahan konsep.
& Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
F Menyimpulkan
tentang hal-hal yang belum diketahui
F Menjelaskan
tentang hal-hal yang belum diketahui.
|
55’
|
-
Kerjasama
-
Kesungguhan
-
Disiplin
-
Uji diri
|
|
3.
|
Penutup
- Evaluasi
/ Tanya jawab
- Penenangan
|
20’
|
-
Pengendalian diri
|
STRATEGI
PEMBELAJARAN
Tatap Muka
|
Terstruktur
|
Mandiri
|
·
Menjelaskan
penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian oleh Mahkamah
Internasional
|
·
Memberikan contoh penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara
penyelesaian oleh Mahkamah Internasional
|
·
Siswa dapat Menguraikan cara penyelesaian sengketa internasional oleh Mahkamah
internasional
|
VI. PERANGKAT PEMBELAJARAN
1.
Buku Paket PKn
Kelas XI
2.
UUD 1945 yang Telah
Diamandemen
3.
Buku-Buku Sumber
yang Relevan
4.
Lembar Kerja Siswa
5.
Majalah, Koran, dan
Internet
6.
Komputer/laptop
7.
Televisi
VII. PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
§ Penilaian Kognitif
§ Penilaian Afektif
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori-teori Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Smaldino, Sharon E, dkk. 2007. Instructional Technology
And Media For Learning Ninth edition. New Jersey Columbus, Ohio: PEARSON
Merrill Prentice Hall
Tidak ada komentar:
Posting Komentar